Selasa, 17 Oktober 2017

PERADABAN MASA NABI MUHAMMAD SAW (610-632M)




MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW
(610-632 M)

Dosen Pengampu: Alam Budi Kusuma, S.Pd.I., M.Pd.I
 


  


 





Oleh:
Sri Sayekti
NIM. 15812553






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA
YOGYAKARTA
2017











KATA PENGANTAR

Alhamdulilllahirabbil ‘alamin. Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD SAW (610-632 M).”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alam Budi Kusuma S. Pd. I., M. Pd. I., selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, serta orang tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat masih banyak kekurangan dan tidak lepas dari kesalahan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.





Yogyakarta, 26 Februari 2017


Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang …………………………………………………………. 1

B.     Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1

C.     Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Peradaban Arab Sebelum Islam ………………………………………… 2

B.     Dakwah Makkah Nabi Muhammad …………………………………… 4

C.     Pembentuakan Sistem Sosial di Makkah ……………………………… 5

D.    Arti Hijrah Nabi Ke Madinah ………………………………………….. 5

E.     Dasar Berpolitik Negeri Madinah ……………………………………… 6

F.      Piagam Madinah : Darussalam ………………………………………… 7




BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………..... 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 10



















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peradaban Islam merupakan terjemahan dari kata Arab “al-Hadharah al-Islamiyyah” . Kata ini juga sering diartikan dengan Kebudayaan Islam. Banyak penulis barat yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban” Islam dengan “kebudayaan” dan “peradaban” Arab.
Kajian tentang “peradaban” Islam sekarang ini sudah menganut pendapat bahwa kebudayaan Islam tidak lagi satu, tetapi sudah terdapat beberapa “peradaban” Islam.
Sebelum datangnya Islam, di negeri Arab sudah memiliki peradaban yang maju, mengingat sudah 2000 tahun lamanya Jazirah Arab ketika itu merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan Syam dan Samudera Hindia. Salah satu contoh kebudayaan Arab yang pernah ada yaitu didirikannya kerajaan Saba’ dan Himyar di Yaman. Selain itu banyak syair-syair Arab yang digantungkan di Ka’bah sebagai penghormatan bagi mereka yang membuat syair tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Menurut latar belakang di atas maka masalah yang dirumuskan sebagai berikut:
a.       Bagaimana Peradaban bangsa Arab sebelum Islam?
b.      Bagaimana strategi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika di Mekah?
c.       Apa saja dasar berpolitik Nabi Muhammad SAW ketika di Madinah?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah:
a.       Untuk mengetahui peradaban bangsa Arab sebelum Islam.
b.      Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika di Mekah.
c.       Untuk mengetahui dasar politik negeri Madinah.









 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Peradaban Arab Sebelum Islam
Masa sebelum lahir Islam disebut zaman jahiliyah. Zaman ini dibagi menjadi dua periode, jahiliyah pertama dan jahiliyah kedua. Jahiliyah pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak diketahui tentang hal ihwalnya. Adapun jahiliyah kedua terjadi kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir. Kata jahiliyah berasal dari kata jahl lawan dari hilm bukan jahl lawan dari ‘ilm. Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat kemajuan yang pesat. Akan tetapi, karena kemerosotan moral, maka label jahiliyah diberikan kepada mereka.
Bangsa Arab adalah penduduk asli jazirah Arab. Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa Semit yakni keturunan Sam ibn Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, Aram dan Habsyi. Bangsa Arablah satu-satunya rumpun Semit yang tersisa, sedangkan sebagian besar yang lain sudah lenyap.
Dari segi pemukiman, bangsa Arab dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al-hadlar. Kaum Badui adalah penduduk padang pasir. Mereka hidup nomaden dan bermatapencaharian sebagai peternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Dengan kehidupan kaum Badui yang nomaden maka meraka tidak banyak peluang untuk membangun kebudayaan. Karenanya, sejarah tentang mereka tidak diketahui secara jelas dan tepat. Ahl al-hadlar adalah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam, dan industri. Berbeda dengan kaum Badui, mereka memiliki peluang untuk membangun kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh penduduk Yaman dan penduduk di kota-kota lain di bagian utara.
Dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Kabilah merupakan organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah (nasab). Namun adakalanya hubungan itu terjalin karena ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia. Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-qabilah. Solidaritas kesukuan atau ‘ashabiyah qabilah dalam kehidupan masyarakat sebelum Islam terkenal amat kuat. Mereka suka berperang, sehingga peperangan antar suku sering terjadi. Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.
Lain halnya penduduk yang mendiami pesisir jazirah Arab, mereka sudah berbudaya dan sejarah tentang mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan. Jazirah Arab ketika itu merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan Syam dan Samudera Hindia. Melihat bahasa dan hubungan dagang, Leboun berkesimpulan, tidak mungkin bangsa Arab tidak pernah memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan dagang itu berlangsung selama 2000 tahun. Ia yakin, bahwa bangsa Arab pernah memberikan sumbangan kebudayan pada peradaban dunia sebelum kembali bangkit pada masa Islam. Misalnya Golongan Qahthaniyun (keturunan Qahthan), yang telah mendirikan kerajaan Saba’ dan kerajaan Himyar di Yaman.
Mengenai agama pra-Islam, sebagian besar bangsa Arab jahiliyah adalah penyembah berhala. Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga terdapat 360 berhala di dalam Ka’bah. Ada 4 berhala yang terkenal milik kabilah Quraisy, yakni Lata, Uzza, Manah dan Hubal. Selain penyembah berhala, ada beberapa kabilah yang tergolong shahibah atau penyembah binatang, penyembah jin, di samping mereka yang percaya bahwa malaikat adalah anak-anak perempuan Tuhan.
Di kalangan penduduk Hirah dan Ghassasinah tersebar agama Nasrani melalui Bizantium, demikian pula di Najran agama ini masuk melalui Habsyi. Pusat agama-agama Yahudi terdapat di Taima, Wadi al-Qura, Fadk, Khaibar dan Yatsrib. Di bagian timur jazirah Arab yang berbatasan dengan Persia tersebar agama Majusi.
Bangsa Arab Jahiliyah memiliki beberapa pasar tempat mereka berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli dan membacakan syair. Pasar-pasar itu terletak di dekat Mekah, diantaranya Ukaz, Majinnah dan Dzul Majaz. Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syria. Mereka juga mendominasi perdagangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran para peziarah Ka’bah, terutama pada musim haji.
Dalam kehidupan bangsa Arab, sastra memiliki arti yang sangat penting. Mereka mengabadikan peristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar seni Uzkaz, Majinnah, dan Dzul Majaz. Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia akan diberi hadiah, dan mendapatkan kehormatan bagi suku dan kabilahnya serta syairnya digantung di Ka’bah.
Dalam bidang politik, sudah sejak lama sebelum Islam Ka’bah selalu dikunjungi oleh bangsa Arab dari seluruh penjuru jazirah untuk melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu, di Mekah berdirilah pemerintahan untuk melindungi jamaah haji dan menjamin keamanan serta keselamatan mereka. Ditentukan pula kesepakatan larangan berperang di kota itu, di samping larangan berperang di bulan-bulan tertentu. Beberapa kabilah yang pernah menguasai Mekah antara lain Amaliqah, Jurhum, Khuza’ah dan yang terakhir adalah Quraisy.

B.     Dakwah Makkah Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW melaksanakan risalahnya selama 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dakwah dalam periode Mekah ditempuh tiga tahap. Tahapan pertama adalah dakwah secara diam-diam. Yang menjadi dasar adalah Surat Al-Muddatstsir ayat 1-7. Dalam tahapan ini Nabi Muhammad SAW mengajak keluarga yang tinggal serumah dan sahabat-sahabat terdekatnya agar meninggalkan agama nenek moyang dan beribadah hanya kepada Allah SWT. Dalam fase ini yang pertama kali beriman adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haristah. Dari kalangan sahabat, Abu Bakarlah yang sesegera menyatakan keimanannya, kemudian diikuti Ustman bin Affan, Zubar bin Awam, Saad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Jarrah, Arqam bin Abi al-Arqam, Bilal bin Rabah dan beberapa penduduk Mekah lainnya. Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam di rumah Arqam bin Abi al-Arqam.
Tahap kedua adalah dakwah semi terbuka. Yang menjadi sasaran utama yakni Bani Hasyim. Sesudah itu Nabi Muhammad SAW memperluas jangkauan seruannya kepada seluruh penduduk Mekah setelah turun ayat 15 Surat Al-Hijr. Langkah ini menandai dimulainya tahap ketiga yakni dakwah secara terang-terangan. Sejak saat itu Islam mulai menjadi perhatian dan pembicaraan penduduk Mekah.
Pokok ajaran yang disampaikan ketika Nabi Muhammad SAW di Mekah berkaitan dengan keimanan, akhlak, kabar gembira tentang surga, peringatan adanya siksa neraka, persamaan hak dan martabat manusia.

C.    Pembentukan Sistem Sosial di Makkah
Masyarakat Mekah, baik nomadik maupun yang menetap hidup dalam kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan) dan dipimpin oleh seorang syekh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antar suku sering terjadi.
Berperang rupanya sudah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Meskipun kaum Badui memiliki pemimpin, namun mereka hanya tunduk kepada syekh/amir itu dalam hal yang berkaitan dengan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Di luar itu, syekh tidak kuasa mengatur anggota kabilah.

D.    Arti Hijrah Nabi ke Madinah
Setelah mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan, yaitu QS. Al-Hijr ayat 94-95. Dakwah secara terang-terangan ini mendapat reaksi keras dari para pemuda dan tokoh Quraisy. Reaksi keras yang dilakukan antara lain berupa; ejekan, hinaan, hasutan, ancaman, dan penganiayaan secara fisik. Reaksi keras yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy disebabkan oleh pemikiran mereka yang beranggapan bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW bertentangan dengan kepercayaan dan kebiasaan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW tetap tabah dan sabar dalam menghadapi orang-orang Quraisy. Bahkan dakwah yang dilakukan beliau semakin terang-terangan dan meluas ke wilayah lain. Menghadapi sikap Nabi Muhammad SAW tersebut orang-orang Quraisy semakin marah dan berencana membunuh Nabi Muhammad SAW. Rencana tersebut dilakukan Menjelang Nabi Muhammad SAW akan hijrah ke Madinah. Atas pertolongan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW selamat dari percobaan pembunuhan. Dan kemudian beliau hijrah ke Madinah.

E.     Dasar Berpolitik Negeri Madinah
Dalam perjalanannya ke Yatsrib Nabi Muhammad SAW ditemani Abu Bakar. Saat sampai di Quba, desa yang jaraknya lima kilometer dari Yatsrib, Nabi Muhammad SAW istirahat di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah Kalsum, Nabi Muhammad SAW membangun masjid. Masjid tersebut berfungsi sebagai pusat peribadatan. Penduduk Yatsrib sudah menunggu-nunggu ke datangan Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 1 H/ 27 September Nabi Muhammad SAW memasuki kota Yatsib dan penduduk kota ini menyembut dengan penuh kegembiraan atas ke datangan beliau. Sejak saat itu sebagai penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW, nama kota Yatrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau Madinatul Munawwarah (kota yang bercahaya) atau lebih dikenal dengan nama Madinah.
Setelah tiba di Madinah, Nabi Muhammad SAW resmi diangkat menjadi pemimpin kota tersebut. Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, beliau segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi sebagai sarana untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping berfungsi sebagai tempat musyawarah.
Dasar kedua, adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan antar kaum muslim. Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Dengan demikian, diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan berdasarkan agama, menggantikan hubungan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat terwujud, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Piagam ini dinamakan ‘Piagam Madinah’.

F.     Piagam Madinah : Darussalam
Nabi Muhammad SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul, tetapi juga seorang ahli politik. Kepiawaiannya dalam berpolitik ditunjukan dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim Madinah. Dalam perjanjian itu titetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap-tiap individu untuk memeluk dan menjalankan agamanya. Setiap penduduk bertanggung jawab dan memikul kewajiban bersama untuk menyelenggarakan keamanan dan membela serta mempertahankan negeri. Perjanjian ini kemudian dikenal dengan ‘Piagam Madinah’.
Piagam Madinah :
  • Mengandungi 47 pasal 
  • 23 pasal membahas tentang hubungan di kalangan orang Islam dan tanggungjawab mereka 
  • 24 pasal lagi tentang tanggungjawab orang bukan Islam termasuk orang Yahudi terhadap negara Madinah
  • Perlembagaan bertulis pertama yang menjadi asas kepada sebuah negara

Isi Piagam Madinah:

1.      Politik 

·         Nabi Muhammad SAW pemimpin di Madinah.
·         Baginda adalah sebagai hakim yang menyelesaikan masalah yang timbul antara orang Islam dan orang bukan Islam.

2.      Agama

·         Masyarakat Madinah bebas mengamalkan agama masing-masing.
·         Mereka bebas mengamalkan adat mereka masing-masing selagi tidak bertentangan dengan Islam.

3.      Sosial

·         Masyarakat Madinah dianggap sebagai satu ummah dan mempunyai tanggungjawab yang sama terhadap negara.
·         Masyarakat Madinah tidak boleh saling bermusuhan.

4.      Perundangan

·         Undang-undang Islam dipakai secara menyeluruh tetapi peraturan kekeluargaan di dalam sesuatu kabilah boleh diamalkan selagi tidak bertentangan dengan Islam.

5.      Ekonomi

·         Kerjasama antara masyarakat Madinah dituntut demi memajukan ekonomi negara.
·         Unsur penipuan dan riba dihapuskan dalam sistem perniagaan.

6.      Pertahanan   

·         Semua anggota masyarakat dikehendaki mempertahankan Madinah dari ancaman luar.

7.      Kedudukan Yahudi

·         Keselamatan orang bukan Islam (khususnya Yahudi) terjamin selagi mereka mematuhi perlembagaan Madinah.









BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebelum Islam datang bangsa Arab sudah menyumbangkan kebudayaannya kepada peradaban dunia. Hal ini terjadi mengingat selama 2000 tahun jazirah Arab merupakan jalur dagang Syam dan Samudera Hindia. Salah satu contoh kebudayaan Arab yang pernah ada yakni dibangunnya kerajaan Saba’ dan Himyar di Yaman.
Peradaban Islam pada Masa Nabi Muhamad SAW adalah masa bangkitnya peradaban bangsa Arab yang sempat mundur akibat peperangan. Dalam membangun peradaban Islam banyak lika-liku yang harus dilalui, salah satunya masalah saat dakwah  Nabi Muhammad SAW. Dalam menjalankan dakwahnya Nabi Muhammad melakukannya tiga fase/tahap pendakwahan. Pertama, secara sembunyi-sembunyi. Kedua, semi terang-terangan, dan yang ketiga terang-terangan.
Dalam menjalankan dakwahnya Nabi Muhammad SAW banyak mengalami rintangan salah satunya mendapat perlawanan dari bangsa Quraisy. Mereka bahkan memusuhi kaum muslimin yang tidak mau meninggalkan agama yang dibawa Nabi SAW. Untuk memperluas dakwah Nabi SAW hijrah ke Yatsrib (Madinah) dan di sana beliau diterima penuh suka cita. Langkah awal saat Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin di Madinah yaitu mendirikan Masjid Nabawi, mempersatukan kaum Muhajirin dan kau Anshar, dan mengadakan perjanjian damai dengan masyarakan non Islam (Yahudi).







DAFTAR PUSTAKA

Guru, Tim Abdi. 2007. Ayo Belajar Agama Islam SMP Jilid 1 untuk Kelas VII. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
Malik Sy, H. Maman A. dkk. 2005. PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury. Ar-Rahiq al-Makhtum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibina afdhal as-Shalat was-Salam. Atau SEJARAH HIDUP MUHAMMAD: Sirah Nabawiyah. Terj. Rahmat. 2008. Jakarta: ROBBANI PRESS.
Yatim, Badri. 2000. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sejarah. Kandungan Piagam Madinah
From:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logo RA Perwanida VIII