Jumat, 07 April 2017

Makalah Filsafat Pendidikan Islam

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIDKAN ISLAM

Dosen Pengampu: Widi Astuti, S.Pd.I., M.Pd.I



















Oleh:
Sri Sayekti
NIM. 15812553





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA
YOGYAKARTA
2017


KATA PENGANTAR

Alhamdulilllahirabbil ‘alamin. Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widi Astuti S. Pd. I., M. Pd. I., selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, serta orang tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami.
Penyusun menyadari bahwa makalah yang dibuat masih banyak kekurangan dan tidak lepas dari kesalahan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.







Yogyakarta, 27 Februari 2017


Penyusun




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………...…………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang …………………………………………………………. 1

B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………. 1

C.     Tujuan Penulisan ………………………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam …………………………………… 3

B.     Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam ………………………………. 6

C.     Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam …………………………………..… 7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 11


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ada beberapa pendapat mengenai arti dari filsafat, salah satunya berasal dari filsuf muslim Al Farabi yang mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.[1]
Ada empat istilah yang biasa digunakan dalam membahas filsafat dan pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan Islam. Pertama, filsafat pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut philosophy of education dan dalam bahasa Arab disebut falsafah al-tarbiyah. Kedua, filsafat dan pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut philosophy and education dan dalam bahasa Arab disebut al-falsafah wa al-tarbiyah. Ketiga, filsafat dalam pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut philosophy in education dan dalam bahasa Arab disebut al-falsafah fi al-al-tarbiyah. Keempat, dasar-dasar dalam filosofis untuk pendidikan, dalam bahasa Inggris disebut philosophical faundation of education dan dalam bahasa Arab disebut al-ushul al-falsafiyah li al-tarbiyah. Makalah ini akan membahas filsafat pendidikan Islam dalam bahasa Inggris disebut Philosophy of Islamic Education dan dalam bahasa Arab disebut Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah.[2]

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dirumuskan antara lain:
a.       Apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam?
b.      Apa saja ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam?
c.       Apa kegunaan Filsafat Pendidikan Islam?



C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah:
a.       Untuk mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Islam.
b.      Untuk mengetahui ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam.
c.       Untuk mengetahui kegunaan Filsafat Pendidikan Islam.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philo artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.[3]. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya.
Sedangkan pendidikan, menurut orang-orang Yunani ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan “manusia.” Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia apabila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan.[4]
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komprehensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Hadits. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan pondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. 
Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik.
Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal.
Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir, yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan Islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Jalaluddin mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam juga dapat diartikan sebagai gagasan tentang pelaksanaan pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam,atau penerapan pemikiran filosofis tentang pendidikan Islam yang diterapkan.[5]

Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan al Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya.[6]
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pelaksanaan pandangan dan kaidah pemikiran filosofis dalam pengalaman masyarakat muslim yang disebut pendidikan, dimana kaidah pemikiran filosofis yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam. 

B.     Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.[7]

C.    Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan baik di dunia maupun di akhirat.[8] Sementara itu Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
  1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
  2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
  3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
  4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
  5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Sementara itu, menurut Al-Syaibani kegunaan filsafat pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1.      Membentu perencanaan dan pelaksanaan pendidikan Islam dalam rangka membentuk pemikiran yang sehat tentang proses pendidikan Islam, tujuan dan fungsinya, serta meningkatkankualitas perencanaan dan pelaksanaan pendidikan Islam.
2.      Membantu merumuskan asas bagi penentu pandangan tentang kajiaan yang umum dan khusus, baik yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan Islam, kaidah-kaidah, dan cara-cara serta alat-alat pengajaran yang bermacam-macam.
3.      Membantu memberikan dasar evaluasi pendidikan secara keseluruhan.
4.      Membantu memberikan sandaran intelektual kepada pendidik guna membela tidakan-tindakan pendidikan mereka.
5.      Membantu memberikan corak dan pribadi yang khas dan istimewa bagi bangsa tetentu sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama, kebudayaan, ekonomi, sosial, dan politik serta tuntutan-tuntutan pada masa dan ruang tertentu, di mana dan kapan bangsa yang memerlukan pendidikan itu hidup.












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philo artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pelaksanaan pandangan dan kaidah pemikiran filosofis dalam pengalaman masyarakat muslim yang disebut pendidikan, dimana kaidah pemikiran filosofis yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam.
Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam anatara lain: masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
1)       Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2)       Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3)       Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4)       Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5)       Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.















DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saifuddin.1982. ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Haris, H. Abd. & Putra, Kivah Aha. 2012. FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Jakarta: Amzah.
Malik Sy, H. Maman A. dkk. 2005. PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Tafsir, Ahmad. 2012. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Uhbiyati, Nur. 1998. ILMU PENDIDIKAN ISLAM. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Aneka Makalah, Makalah Filsafat Pendidikan Islam, 2012,
From:
Nuh Yamin, Filsafat Pendidikan Islam, 2010,
From:
Scribd, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM,
From:





[1] Endang Saifuddin Anshar, ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hlm. 83.
[2] H. Abd. Haris & Kivah Aha Putra, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 27.
[3] Rizal Munstansyir. & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010), hlm. 2.
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, (Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), hlm. 33.
[5] Scribd, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, from: https://www.scribd.com/doc/259526952/FILSAFAT-PENDIDIKAN-ISLAM-pdf# (Diakses 22 Februari 2017,  jam 17.47)
[6] Nuh Yamin, Filsafat Pendidikan Islam, 2010, from: http://wwwnuh.blogspot.co.id/2008/07/filsafat-pendidikan-islam.html (Di akses 22 Februari 2017, jam 17.25)
[7] Aneka Makalah, Makalah Filsafat Pendidikan Islam, 2012, from: http://www.anekamakalah.com/2012/10/makalah-filsafat-pendidikan-islam.html (Diakses 22 Februari 2017, jam 17.41)
[8] Nur Uhbiyati, ILMU PENDIDIKAN ISLAM, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 1998), hlm. 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logo RA Perwanida VIII