Minggu, 15 Oktober 2017

Psikologi Islam



REVISI REVIEW BUKU “La Tahzan”
Jangan Bersedih!
Karangan: Dr. ‘Aidh Al-Qarni

Dosen Pengampu: Aziz Abdullah, S. Ag., MA.






 












Oleh:
Sri Sayekti
NIM. 15812553


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA
YOGYAKARTA
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….… 1

ISI ……………………………………………………………………………….. 2

A.    Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat ……..………. 2
B.     Sebab-sebab yang Membuat Hati Menjadi Lapang …………...…….. 2
C.    Kiat-Kiat Bahagia ……………………………………………...………. 3
D.    Sumber-sumber Kebahagiaan ………………………………...………. 3
E.     Tips Menjadi Orang yang Paling Bahagia ……………………….…… 3

DAFTAR PUSTAKA ………………………….……………………………….. 5


















ISI

A.    Bersedih: Tak Diajarkan Syariat dan Tak Bermanfaat
Bersedih itu sangat dilarang. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah yang artinya “Dan, janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) bersedih hati.” Bersedih hanya akan memadamkan kobaran api semangat, meredakan tekad , dan membekukan jiwa. Kesedihan itu ibarat penyakit yang membuat tubuh menjadi lemas tak berdaya sebab kesedihan hanya memiliki daya menghentikan dan bukan menggerakkan.
Kesedihan merupakan salah satu hal yang paling disenangi setan. Maka dari itu, setan senantiasa berupaya agar seorang hamba bersedih sehingga hamba tersebut menghentikan langkah niat baiknya.
Bersedih tidak diajarkan dan tidak bermanfaat. Maka Rasulullah SAW sesantiasa memohon perlindungan dari Allah agar dijauhkan dari kesedihan. Beliau selalu berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita.”
Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Perbedaan diantara keduanya ialah apabila suatu hal yang tidak disukai hati itu berkaitan dengan hal-hal yang belum terjadi, ia akan membuahkan kecemasan. Sedangkan bila berkaitan dengan persoalan masa lalu, maka ia akan membuahkan kesedihan. Persamaan antara kecemasan dan kesedihan ialah bahwa keduanya sama-sama dapat melemahkan semangat dan kehendak hati untuk berbuat suatu kebaikan.

B.     Sebab-sebab yang Membuat Hati Menjadi Lapang
Ibnul Qayyim menyebutkan beberapa hal yang membuat hati menjadi lapang, yakni:
1.      Tauhid
2.      Amal salih
3.      Keberanian
C.    Kiat-Kiat Bahagia
1.      Menyadari bahwa kehidupan bukan hanya dalam batasan hari ini saja.
2.      Melupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi.
3.      Jangan menyibukkan diri dengan masa depan.
4.      Beriman kepada Allah dan beramal salih adalah kehidupan yang baik.
5.      Seorang hamba harus sadar bahwa semua yang terjadi sudah sesuai qadha’ dan qadar.
6.      Semua qadha’ bagi seorang muslim baik adanya.
7.      Yakin, dari waktu ke waktu pasti ada jalan keluar.
8.      Jangan pernah hancur hanya karena perkara sepele.
9.      Setiap musibah mengandung suri tauladan.

D.    Sumber-sumber Kebahagiaan
1.      Amal Salih
2.      Istri salihah
3.      Rumah yang Luas
4.      Penghasilan yang baik
5.      Akhlak yang baik dan penuh kasih kepada sesama
6.      Terhindar dari impitan utang dan sifat boros

E.     Tips Menjadi Orang yang Paling Bahagia
1.      Memiliki keimanan yang kuat.
2.      Jangan mengingat-ingat masa lalu sebab yang lalu telah usai.
3.      Menerima qadha’ yang telah pasti sebab Allah lebih tahu mana yang kita butuhkan.
4.      Selalu ingat pada Allah dengan begitu hati akan menjadi lapang.
5.      Membiarkan masa depan datang dengan sendirinya.
6.      Bersihkan hati dari rasa dengki dan iri.
7.      Bertawakallah pada Allah dan serahkan semua perkara kepada-Nya.
8.      Optimislah, jangan pernah berputus asa dan menyerah tanpa usaha.
9.      Tersenyumlah kepada siapa saja, niscahya kita akan mendapatkan cinta kasih mereka.
10.  Menyadari bahwa kita bukan satu-satunya orang yang mendapat ujian.

Salah satu hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah mengkhayal (bermimpi) terlalu tinggi. Misalnya saja seorang pemuda berangan-angan menjadi orang kaya namun dia malas bekerja dan hanya mengantungkan hidupnya pada orang lain sudah dipastikan dia tidak akan mampu menggapai impiannya sebab impian bisa diraih hanya dengan doa yang tulus, usaha yang maksimal dan nasib baik yang menghampiri.
Sebagai seorang mukmin sudah kewajiban kita untuk sadar bahwa semua yang terjadi sudah sesuai qadha’ dan qadar. Qadha’ dan qadar yang ditetapkan Allah SWT semuanya baik sebab Allah SWT lebih tahu dari pada kita. Allah SWT adalah pencipta kita, jadi sudah sepantasnya kita menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Namun, sebagai seorang hamba kita jangan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun sebab Allah SWT tidak akan merubah nasib seseorang/ suatu kaum jika ia tak mau merubahnya.














DAFTAR PUSTAKA

Al-Qarni, ‘Aidh. 2014. La Tahzan atau La Tahzan; Jangan Bersedih!. Terj. Rahman, Samson. Jakarta: Qisthi press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Logo RA Perwanida VIII